REVIEW KAMPUNG BUDAYA SINDANG
BARANG
Oleh
Abdi Sanjaya (004135602653083)
Kampung Budaya Sindangbarang
terletak di desa Pasir Eurih, kecamatan Tamansari, kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kampung budaya Sindang Barang merupakan kampung tertua di wilayah kota dan
kabupaten Bogor, sebab di daerah ini terdapat situs-situs purbakala peninggalan
kerajaan Pajajaran berupa bukit-bukit berundak. Di kampung budaya Sindang Barang
terdapat beberapa macam kesenian Sunda yang dilestarikan oleh para penduduknya
seperti kesenian tari jaipong.
Selain itu, di kampung budaya ini
juga diperkenalkan kesenian yang berasal dari budaya Sunda, seperti angklung
yang dimainkan oleh ibu-ibu yang berasal dari sunda, kemudian permainan
enggrang juga diperkenalkan di kampung budaya ini. Namun, di dalam kampung
budaya ini ada juga perkenalan adat budaya khas dari Sunda sendiri seperti, menumbuk
padi, bercocok tanam dan turun ke sawah, bahkan makanan atau masakan Sunda pun
diperkenalkan di kampung ini.
Budaya dan tradisi Sunda yang
masih kental ini dihadirkan untuk melestarikan ataupun menggali kekayaan
warisan leluhur dan memegang teguh tradisi Sunda yang kian kini hamper luntur. Ditambah
dengan suasana kampung yang sejuk dan banyak batu-batuan, serta masih terdapat
sawah yang melintang luas membuat suasana di kampung Sindang Barang terlihat
asri dan banyak wisatawan yang datang berkunjung untuk belajar budaya Sunda.
Kemudian, rumah-rumah yang ada di
Sindang Barang juga masih terbuat dari bilik-bilik, atau seperti anyaman yang
terbuat dari bambu, mulai dari pintu, tembok dan jendelanya pun masih terlihat
jelas seperti rumah adat sunda. Atap bangunan pun demikian, masih terbuat dari
bahan ijuk. Tidak hanya itu, orang-orang yang tinggal di kampung Sindang Barang
ini juga pun memakai baju khas sunda, dan yang laki-laki, memakai kain di atas
kepalanya, seperti blankon yang mencirikhaskan pakaian adat mereka.
Selain itu, bangunan-bangunan
atau rumah yang ada di Sindang Barang berstruktur di zaman pajajaran, dan mempunyai
nama tersendiri, seperti leuit bangunan
untuk menyimpan padi, bale riungan sebagai
aula, imah gede atau disebut rumah
raja, saung talu atau tempat
pementasan seni, hingga girang serat
yang difungsikan sebagai kesekertariatan. Imah
gede (rumah raja) dibangun berdekatan dengan saung talu. Sebab katanya, apabila ada pementasan seni yang
dilakukan di saung talu, maka raja
dapat menonton pertunjukan seni tersebut di luar rumah.
Penduduk di kampung ini pun
sangat ramah. Jika bertanya mereka akan menjawab dengan lembut bahkan
menggunakan bahasa Sunda yang kental. Banyak juga anak-anak kecil yang sedang
bermain di kampung tersebut dan mereka dibiasakan untuk berbicara menggunakan
bahasa Sunda. Penduduk di kampung Sindang Barang tersebut, rata-rata
penduduknya lebih menghargai alam, dan menyamakan kebudayaannya dengan agama,
karena penduduk masih percaya akan mitos-mitos yang ada. Walaupun sudah zaman
modern sekarang, penduduk di kampung Sindang Barang ini pun sangat mempercayai
tentang mitos, walaupun kebanyakan penduduknya yang beraga islam.