DADAISME
Sejarah Dadaisme
Sekitar tahun 1916, tepatnya dibulan Februari dan
pada saat itu Perang Dunia I (1914-1918) sedang berkecamuk, yang melibatkan
banyak negara dan juga memakan banyak korban, baik itu karena senjata api, bom
ataupun gas beracun, dan disaat itu banyak mayat – mayat yang bergelimpangan,
orang – orang yang luka parah dan bahkan orang yang terganggu mentalnya serta
kota yang luluh lantak. Kondisi ini menjadi trauma yang sangat berat dan
berkepanjangan bagi orang – orang yang selamat. Disisi lain di swiss yang
disebut sebagai negara netral menjadi salah satu tempat yang aman bagi orang –
orang untuk mengungsi dari berbagai kalangan, ditempat itu ada juga seorang
budayawan yaitu Tristan Tzara, dia adalah seorang penyair yang berasal
dari Rumania, ada juga Hugo ball dan Richard Hulsenbeck mereka
yaitu seorang penulis dari jerman serta ada pula seorang pematung yaitu Hans
Arp dia berasal dari Perancis, mereka pada waktu itu mendirikan sebuah
kabaret yang diberi nama cabaret Voltaire
disebauh bar yang bernama Meierei, tempat yang disewa oleh Hugo Ball ini
dijadikan dan dirancang menjadi sebuah “pusat hiburan artistik” dan dijadikannya tempat untuk
berkumpulnya para seniman seperti pelukis, penyair, penyanyi, penari yang
berasal dari berbagai negara yang terkena perang, di tempat itu mereka
menunjukan kreatifitas mereka masing – masing.
Diperkumpulan yang diadakan itu, mereka ingin
membentuk sebuah kelompok internasional, dan dengan sikap mereka yang memang
semuanya humorik dan konvensional mereka mendirikanlah sebuah kelompok
tersebut, kelompok tersebut beri nama DADA dan mereka menyebut dirinya dadais
yang berarti anggota dari gerakan seni Dadaisme. Para Dadais dalam membuat
sebuah kelompok menunjukan bahwa adanya sikap nihilistic pada mereka atau bisa dikatakan bahwa mereka tidak
memilih atau menjadikan salah satu dari sekian banyak aliran seni untuk menjadi
panduan atau menjadikan dirinya sebagai bagian dari seni yang sudah ada, bisa
juga dikatakan mereka adalah golput (golongan putih). Namun pada hakikatnya
sikap nihilistik itu dipersentasikan untuk menolak semua hukum – hukum seni
yang sudah ada dan mapan, serta sikap nihilistik itu diwujudkan sebagai sebuah
protes terhadap nilai – nilai yang sudah tidak menentu akibat atau dampak dari
perang dunia yang terjadi pada saat itu. Para dadais dan disamping perbedaan
latar belakang para Dadais, namun mereka mempunyai nasib dan cita – cita dalam
kesenian yang sama serta perasaan khawatir atas terjadinya guncangan dalam masyarakat
akibat mekanisasi dan perkembangan teknologi – terutama mesin pembantai dalam perang
yang meluas pada saat itu.
Dadaisme sebagai gerakan seni berakhir secara resmi
dengan sebuah pengadilan canda (mock
trial) yang pada saat itu dipimpin oleh Andre Breton terhadap penulis
Maurice Barres pada tanggal 13 Mei 1921 dai Hall of Learned Societies. Hal
tersebut mendapatkan penentangan dari traza yang dimana kita tahu bahwa Traza
itu adalah salah satu dari pendiri aliran Dadaisme. Sekitar setahun kemudian Breton
yaitu yang mengketuai pengadilan dadasime tersebut mengadakan pengumuman secara
kongres internasional kaum intelektual dan seniman dengan tema “arah spirit
seni modern” yang melibatkan aliran seni lain antaranya kubisme, futurisme dan
dadasime. Pengumuman tersebut menjelaskan bahwa Dadasime sudah berakhir dan
sudah menjadi bagian dari sejarah seni modern. Beberapa tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1924, Breton mendeklarasikan gerakan seni baru bernama “Surealisme”
yang menjadi revolusi kesadaran. Para Dadaisme Perancis selain Traza segera
berbondong – bondong mengikuti aliran seni baru tersebut.
Pengertian Dadaisme
Gerakan dadaisme adalah aliran pemberontak yang
menolak cara berpikir “seni adalah sesuatu yang tinggi, yang mahal, yang
serius, complicated dan ekslusif”.
Mereka menolak keadaan frame berpikir tersebut karena seni semacam itu adalah
milik kaum menengah ke atas yang memiliki estetika semu.
Menurut Soedarso Sp dalam bukunya yang berjudul Sejarah Perkembangan Seni menyebutkan
bahwa nama DADA ini diambil dengan secara sepontan atau dengan cara langsung
dari sebuah kamus Bahasa Jerman – Perancis dan yang kebetulan mempunyai arti
“Bahasa anak – anak untuk menyebutkan kedamaian”. (Soedarso Sp, 1990:115).
Sementara menurut RA Murianto dalam bukunya Tinjauan
Seni, bahwa arti kata Dada itu dalam Bahasa Perancis yaitu berarti mainan
anak – anak yang berbentuk seperti kuda – kudaan atau kata pertama yang
diucapkan seorang bayi (RA Murianto, 1984:78). Ada pun menurut Trizan Tzara
yaitu dia seorang Dadais terkemuka menyatakan secara lebih rinci tentang
risalah Manifesto Dada pada tahun 1918, bahwa kata Dada tersebut memiliki
banyak sekali arti seperti nama lembu suci kaum negro di Kroo; ada juga arti
lain dalam beberapa daerah di Italia yaitu panggilan ibu dan bentuk balok;
serta ungkapan tanda setuju di Rumania dan Rusia.
Biografi Tokoh Dadais :
1.
Hans
Arp
Lahir : Straburg, tahun 1886
Wafat : Basel, 7 juli 1966
Hans Arp adalah salah satu orang yang
sangat penting dalam sejarah aliran seni Dadasime, Arp menemukan seni baru yang
dalam pembuatannya didasarkan pada prinsip – prinsip kebetulan, otomatisme dan
perluasan alam bawah sadar. Pada tahun 1950 Arp menerima komisi publik yang
besar, dia diminta untuk membuat desain relief monumental di gedung UNESCO di
paris. Pada Venice Biennale, patung Hans
Arp itu dianugerahi " Grand Prize for Sculpture " pada tahun 1954 dan
Sembilan tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1963 ia menerima " Grand Prix des Arts " di Paris. Pada 7 juli 1966, Arp meninggal karena
serangan jantung, Arp dianggap sebagai salah satu penemu besar pada abad ke –
20 dan meninggalkan artistic penting.
Salah satu karya seni Hans Arp
2.
Richard Huelsenbeck
Lahir : jerman, sekitar tahun 1892
Wafat : Swiss, pada tahun 1974
Richard dibesarkan di Dortmund,
Westphalia. Ayahnya adalah seorang ahli kimia namun dia mempunyai cita – cita
yang sangat beda jauh dari ayahnya, dia memilih ingin menjadi seorang penulis
yang pada saat itu terpengaruhi oleh puisi dan prosa dari penyair romantis Heinrich
Heine, namun yang ironinya dia dianggap oleh masyarakat mau menirunya. Ketika
usianya Sembilan belas tahun dia pergi ke Munich dimana ia mencari obat atas
apa yang dituduhkan itu sebelum dia memulai studi sastra jerman dan sejarah
seni. Di Munich dia bertemu dengan Hugo Ball yaitu seorang penulis dari jerman
yang menjadi pengaruh untuk perkembangan intelektuanya. Melalui tangan Hugo
Ball, Richad berhasil mempublikasikan beberapa karya tulisannya.
Karya seni Richard Huelsenbeck
3.
Tristan
Tzara
Lahir : 16 April 1896
Wafat : 25 Desember 1963
Tristan Tzara adalah seorang penyair
yang berasal dari Rumania, selain itu dia aktif juga sebagai wartawan, penulis
drama, sastra dan kritikus seni, composer dan sutradara film, dia pun dikenal
terbaik untuk menjadi salah satu pendiri dan tokoh sentral dari gerakan
Dadaisme, dan dia juga pernah menjadi salah satu “Presiden Dada” pada tahun
1919.
Adapun tokoh – tokoh lain yang berjasa
dalam perkembangan aliran seni Dadaisme in yaitu Marcel Duchamo, Raoul
Hausmann, Hugo Ball, Salvador Dali, Max Ernest, Marcel Janco, Man Ray, Hans
Richter, Kurt Schwitters, dan Sophie Tauber.
Karya seni Tristan Tzara
Pertunjukan pertama :
Kaum
dadaisme pertama kali mempertunjukan karya mereka berupa :
1. Puisi
simultan
Puisi
ini sesuai dengan temanya yaitu simultan, yang berarti puisi tersebut dilakukan
atau dilangsungkan pada waktu bersamaan atau secara serentak.
2. Komposisi
3. Konser
bisingan (noise)
4. Komposisi
bisingan asintaksis yang dikemudian hari dijadikan puisi kongkret di Zunfthaus
Zur Waag sekitar tahun 1916.
Dan
setelah itu banyak serangan polemik yang tertuju pada mereka, terutama dari
kaum Ekspresionis, dan disamping itu pergerakan dadaisme menarik beberapa
anggota baru seperti Francis Picabia dan
Hans Richter untuk bergabung dengan
mereka. Para dadaisme tidak saja menampilkan pertunjukan seperti yang sudah
disebutkan tadi, melainkan mereka juga membuat buku, pameran dan pestapun
mereka buat untuk menghadirkan sebuah cita – cita kebudayaan dan seni serta
untuk menghadapi tantangan zaman (Ball dalam Schneede, 1973:12).
Ciri khas Dadaisme
Pada dasarnya Dadasime tidaklah memiliki ciri khas
tersendiri dalam setiap karyanya atau tidak seperti yang dimiliki oleh gerakan
– gerakan seni lain yang sangat jelas ciri khas pada karya yang dibuatnya,
sedangkan dadaisme dalam proses pembuatannya sering kali diartikan seperti
mengeluarkan ide – ide celaan dan kemarahan besar atau disebut juga dengan
ungkapan ekspresi dan memasukannya ke dalam karya seni, yang menjadikan Nampak
aneh namun hasilnya tersebut menjadi terlihat sangat nyata.
Karakteristik karya
Akibat mekanisasi dan perkembangan teknologi –
terutama mesin pembantai dalam perang yang mereka alami, mereka para dadaisme
menunjukan rasa protes mereka pada karya – karya mereka yang ditampilkan pada
saat itu, jadi karya seni yang mereka tampilkan bersifat :
q Sinis
karya yang mereka tampilkan bersifat mengejek atau memandang
rendah perkembangan politik pada massa itu.
q Banal
Beberapa sajak atau puisi yang lemah mereka tampilkan, namun
disisi lain isi dari puisi itu sangatlah mempunyai makna yang sangat kasar
sekali.
q Nihilistic
Mereka tidak menjadikan dirinya
sebagai bagian dari salah satu aliran seni yang sudah ada pada saat itu.
q Intiutif dan emotif
Karyanya bersifat bebas, sesuka hati, namun memiliki
nilai emosional atau
q Parodik
Kayanya sengaja meniru gaya, kata
penulis, atau pencipaan laindengan maksud mencari efek kejenakaan.
q Aneh
Karyanya seba aneh
seperti mengkopi lukisan monalisa tapi di kasih kumis. Tempat kencing di beri
judul “dan di pamerkan”.
q Humorik
Mengandung nilai humor, ini
terlihat dari karya – karyanya yang dihasilkan oleh para dadais.
q Anti-kaidah tradisonal
q Melepaskan diri dari otomatisme berkesenian
q Bahkan menjadi Anti seni
Karya – Karya Dadaisme
Karya
dadaisme meliputi bermacam – macam media atau multi media. Seni adalah cara
berekspresi yang tidak dibatasi oleh medium. Karya – karya dadaisme diantaranya
yaitu :
1. Nude
Descending a Staircase (Marcel Duchamp)
2. Die
Agypterin (Hans Arp)
3. La
Tentation de Saint Antoine (Salvador Dali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar