ANALISIS SEMIOTIKA
PADA MOTIF KAIN TENUN BENANG EMAS
KHAS MELAYU SAMBAS
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Makalah Bahasa Indonesia
Oleh:
NAMA : ABDI SANJAYA
NIM : 004135602653083
DIGITAL COMMUNICATION STUDY PROGRAM
GREEN
ECONOMY AND DIGITAL COMMUNICATION FACULTY
SURYA
UNIVERSITY
SERPONG
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah Bahasa Indonesia ini dengan judul “Analisis Semiotika
Pada Motif Kain Tenun Benang
Emas Khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat” untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Mata Kuliah
Bahasa Indonesia, Ibu Hellena Rebecca Wulanari Tangkilisan, S.S., M.Si., karena atas bimbingan beliau maka saya dapat
mengetahui dan mengerti bagaimana cara
mengerjakan makalah yang baik dan benar. Dalam penyusunan makalah ini, saya
mendapat banyak kesulitan karena kurangnya sumber serta fasilitas untuk
peyusunan makalah ini, tetapi itu semua saya jadikan tantangan untuk dapat
bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi saya
dan pembaca pada umumnya. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat
sebagaimana tujuan yang saya
harapkan.
Serpong,
Agustus 2014
Penulis
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis makna semiotika pada kain tenun benang emas
khas Melayu Sambas yang dapat dilihat dari motif tenunannya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa ada 2 motif kain tenun benang emas yang memiliki makna
simbolik serta sangat dikenal oleh masyarakat Melayu Sambas, seperti motif
pucuk rebung dan motif serong mawar. Setiap motif memiliki makna simbolik yang
mendalam, tetapi masih banyak masyarakat Melayu Sambas yang tidak mengetahui makna
simbolik kain tenun Sambas yang menjadi ciri khas atau identitas masyarakat
Melayu Sambas, supaya kebudayaan Sambas tetap lestari dan khalayak luas bisa
mengetahui makna simbolik kain tenun Sambas tersebut.
ANALISIS
SEMIOTIKA
PADA
MOTIF KAIN TENUN BENANG EMAS
KHAS
MELAYU SAMBAS
PROVINSI
KALIMANTAN BARAT
1
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Sambas merupakan sebuah kabupaten yang terletak di
Kalimantan Barat yang beribukotakan Pontianak. Kabupaten Sambas sebagian besar
penduduknya adalah etnis Melayu. Penduduk etnis Melayu di kabupaten Sambas
bermata pencaharian sebagai petani dan Pegawai Negri Sipil (PNS). Walaupun
Sambas sebagai daerah yang masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai
petani, tetapi Sambas mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu mempunyai kain khas
yang unik. Keunikan kain khas Sambas terdapat pada kain tenun Sambas yang biasa
di sebut kain lunggi atau kain benang emas. Disebut kain benang emas karena
salah satu bahan yang digunakan adalah benang emas berwarna kuning emas dengan
bermotifkan tumbuh-tumbuhan.
Keberadaan tenun Sambas menunjukkan bahwa kain tenun
benang emas mempunyai keistimewaan tertentu yang membuatnya senantiasa
dilestarikan. Kain tenun ini biasanya digunakan sebagai pelengkap pelaksanaan
ritual adat, salah satunya upacara adat pernikahan. Dalam upacara pernikahan,
kain tenun Sambas digunakan sebagai pelengkap barang antaran atau seserahan
dari pihak mempelai lelaki kepada mempelai perempuan. Kain tenun benang emas
ini biasanya dikerjakan secara tradisional dengan alat pemintal terbuat dari
kayu belian biasa disebut Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Kebanyakan dikerjakan
oleh penduduk Desa Semberang, pesisir sungai Sambas.
Pada saat ini kain tenun Sambas masih tetap eksis dan
bahkan masyarakat mancanegara seperti Brunai, Malaysia, dan Singapura mulai
melirik kain tenun benang emas khas Sambas. Tidak jarang rumah kain tenun
banyak dikunjungi oleh penggemar kain tenun dari dalam dan luar negri karena
keunikan dan keindahan coraknya. Keindahan kain tenun benang emas khas Sambas
sungguh menawan. Motifnya yang unik sanggup mempesona para penikmatnya. Selain
itu, setiap ragam motif kain tenun Sambas memiliki makna simbolik yang sangat
tinggi, seperti motif pucuk rebung dan motif serong mawar. Setiap pemakaian
kain tenun benang emas ini menyimbolkan status sosial pemakainya.
Dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui makna
semiotika pada kain tenun benang emas khas Melayu Sambas secara mendalam.
Semiotika merupakan ilmu tentang tanda-tanda (Kriyantono, 2009 : 263). Semiotik
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan
tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Menurut Pawito (2007 : 23), semiotika ini lebih
memusatkan perhatian pada simbol-simbol dan memandang komunikasi sebagai suatu
jembatan antara dunia pribadi individu-individu dengan ruang dimana
simbol-simbol digunakan oleh individu-individu untuk mengangkut makna-makna
tertentu kepada khalayak atau publik. Maka dari itu, tenun Sambas mempunyai
makna simbolik yang sangat tinggi, mulai dari motif tenunan, cara pemakaian,
dan jenis tenun yang dipakai berkaitan dengan status sosial pamakainya,
sehingga sangat menarik untuk diteliti.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah umum dalam penelitian
ini adalah bagaimana pemaknaan semiotika pada motif kain tenun benang emas khas
Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat? Sedangkan rumusan masalah khususnya
adalah bagaimana pemaknaan semiotika pada motif pucuk rebung kain tenun benang
emas khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat? Dan bagaimana pemaknaan
semiotika pada motif serong mawar kain tenun benang emas khas Melayu Sambas
Provinsi Kalimantan Barat?
1.3
Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalis makna semiotika pada motif kain tenun benang emas khas Melayu
Sambas Provinsi Kalimantan Barat, menganalisis makna semiotika pada motif pucuk
rebung kain tenun benang emas khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat, dan
menganalisis makna semiotika pada motif serong mawar kain tenun benang emas
khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat.
1.4
Landasan
Teori
Penelitian ini menggunakan teori semiotika dari Charles Saunders Peirce.
Peirce (dalam Noth, 1995 : 45) menyatakan bahwa pokok dari teori semiotika
merupakan penekanan tanda pada sebuah penekanan mekanistis dari sebuah sistem
dan diartikan sebagai komponen kesatuan dari unsur-unsur yang saling
berinteraksi dalam jangka waktu tertentu. Semiotik merupakan kajian perihal
tanda-tanda (sign), sistem tanda, dan
bagaimana suatu makna ditarik dari tanda-tanda tersebut. Semiotika berasal dari
kata Yunani semeion, yang berarti
tanda. Zoest (1993 : 1) berpendapat bahwa semiotika adalah cabang ilmu yang
berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda. Jika
dianalisis dari teori ini, makna simbolik kain tenun benang emas khas Melayu
Sambas Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat dari motif tenunannya.
1.5
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
pustaka dengan mencari sumber data di website,
penelaahan dan analisa buku, jurnal, ebook
dan bentuk tulisan lainnya yang mendukung penelitian ini. Studi pustaka adalah
suatu pembahasan yang berdasarkan pada buku-buku referensi yang bertujuan untuk
memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumus-rumus
tertentu dalam menganalisa dan mendesain suatu struktur.
2
Analisis
2.1
Analisis
Makna Semiotika Pada Motif Pucuk Rebung Kain Tenun Benang Emas Khas Melayu Sambas
Provinsi Kalimantan Barat
Tenun Sambas sudah ada sejak berabad-abad yang lalu.
Kerajinan tenun ini diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang Melayu
Sambas. Tenun Sambas memiliki motif yang sangat kaya. Motif-motifnya indah,
unik, dan menarik. Setiap orang yang melihat kain tenun Sambas pasti akan
terpesona dengan motif-motifnya. Meskipun demikian, dibalik motif kain tenun
benang emas khas Melayu Sambas terdapat makna semiotik yang tidak diketahui
oleh masyarakat Sambas.
Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda.
Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat
komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat
dipikirkan atau dibayangkan. Charles Sanders Pierce menjelaskan bahwa manusia
hanya dapat berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi
lewat sarana tanda. Merujuk teori Pierce, makna tanda-tanda pada kain tenun
benang emas khas Melayu Sambas dapat dilihat dari simboliknya yang digolongkan
dalam semiotik.
Pada dasarnya, penciptaan motif-motif pada kain tenun
berawal dari alam sekitar penciptaan-Nya, seperti tumbuhan dan hewan yang ada
di lingkungan sekitar manusia. Ketika penenun melihat benda tersebut
diilhamilah menjadi sebuah motif yang mempunyai cerita dan makna simbolik yang
mendalam.
Khusus dalam hal simbol, Daryusti mengatakan bahwa simbol
merupakan unsur yang esensial dalam kehidupan manusia, bahkan manusia disebut
sebagai homosimbolicum yang artinya
sebagai pencipta dan pemberi makna simbol. Simbol adalah “arti sesuatu”
berdasarkan persetujuan bersama (konvensi) sebagai sesuatu yang memberikan
sifat alamiah dan kualitas yang sama dan dapat mewakili, mengingatkan kembali,
dan membayangkan dalam kenyataan atau pikiran (Daryusti, 2006).
Begitu pula dengan tenun Sambas yang memiliki berbagai
macam motif hingga mencapai ratusan
motif. Setiap motif mempunyai makna simbolik masing-masing. Dalam penelitian
ini peneliti hanya meneliti beberapa motif yang mempunyai makna simbolik yaitu
motif yang sudah terkenal dalam masyarakat Sambas, seperti motif pucuk rebung.
Motif pucuk rebung mempunyai makna simbolik yang mendalam
bagi masyarakat Melayu Sambas. Ada tiga makna penggunaan motif ini sebagai ciri
khas kain tenun benang emas. Pertama, sebagai pengingat agar orang-orang Sambas
terus berupaya untuk maju. Pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang harus tumbuh dan tumbuh. Samangat terus
tumbuh inilah yang ingin disampaikan oleh motif pucuk rebung ini. Kedua, orang
Sambas harus senantiasa berpikiran luas, sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung.
Pucuk rebung selalu tumbuh lurus hingga menjulang tinggi. Ketiga, sebagaimana
dijelaskan Wimar (2006) mengatakan bahwa ketika sudah menjadi batang yang
tinggi, pucuknya selalu merunduk kebawah. Ini simbol dari kekuatan tanpa
kesombongan, salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Selain itu, motif pucuk rebung melambangkan harapan yang
baik, sebab bambu merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin
kencang sekalipun. Motif pucuk rebung selalu terukir pada bagian kepala atau
tumpal kain tenun tersebut. Penggunaan motif pucuk rebung pada kain benang emas
dimaksudkan agar orang yang memakai kain tenun tersebut selalu mempunyai
keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidupnya.
Pada analisis di atas diungkapkan sedikit perihal
perikehidupan rebung, motif hias pucuk rebung ini merupakan tafsiran nilai guna
yang banyak. Pengrajin menuangkan motif ini ke dalam kain tenunan, sehingga
makna dari nilai yang serbaguna ini menjadi suri tauladan bagi masyarakat
Melayu Sambas. Rebung ini adalah anak bambu yang keluar dari umbinya. Bentuknya
seperti kerucut dan bersisik, kecil enak dimakan, jika rebung ini sudah besar
dinamakan bambu. Makna simbolik dari bambu ini adalah muda berguna, dan tua
terpakai yang akan menjadi contoh bagi kaumnya.
2.2
Analisis
Makna Semiotika Pada Motif Serong Mawar Kain Tenun Benang Emas Khas Melayu
Sambas Provinsi Kalimantan Barat
Kain tenun Sambas merupakan salah satu hasil dari
kreativitas masyarakat Sambas Provinsi Kalimantan Barat dalam menuangkan
ide-ide yang dipahami dan dihayati dalam selembar kain. Oleh sebab itu, dengan
memperhatikan dan membaca motif-motif yang terhampar dalam selembar kain tenun
Sambas, maka nilai-nilai yang dihayati dan berkembang dalam masyarakat Sambas
dapat diketahui. Nilai-nilai yang terdapat dalam selembar kain tenun Sambas
tersebut diantaranya adalah nilai sakral, sejarah, pemahaman terhadap alam,
kretifitas, dan nilai ekonomi (www.melayuonline.com).
Kain tenun Sambas mempunyai fungsi yang sangat penting
dalam masyarakat Sambas. Masyarakat Melayu Sambas mengenal kain tenun Sambas
sebagai kain yang sakral, karena kain ini dipakai oleh para raja dan ratu
kerajaan Sambas. Selain itu kain tenun ini juga digunakan pada saat acara
pernikahan dan acara-acara adat tradisional masyarakat Melayu Sambas lainnya.
Namun banyak masyarakat Melayu Sambas yang tidak tahu bagaimana dan apa makna
simbolik motif kain tenun Sambas, seperti motif serong mawar.
Motif serong mawar
merupakan motif kain tenun Sambas yang terletak pada dagin kain. Motif serong
mawar yang dibuat pada bagian daginnya berupa motif bunga yang menyerupai
kelopak mawar dan disusun dalam posisi serong seperti posisi garis miring. Oleh
karena motifnya menyerupai kelopak mawar, demikian pula dengan keindahan motif
yang ditimbulkan serta kerumitan dalam pembuatannya, maka jenis kain ini
dinamai serong mawar yang memiliki nilai lebih dibanding motif lainnya.
Berkaitan dengan
itu, tanda yang ada pada kain tenun benang emas khas Melayu Sambas dapat
dilihat dari motif serong mawarnya. Tanda-tanda merupakan sesuatu yang dimaknai
oleh sesuatu yang lain atau penambahan dimensi yang berbeda pada materi lain
dengan memakai segala sesuatu yang dipakai untuk mengartikan sesuatu hal
lainnya. Charles Saunders Pierce menyebut tanda sebagai suatu pegangan
seseorang akibat keterkaitan dengan tanggapan atau kapasitasnya (Marianto,
1997:1).
Umberto Eco dalam
bukunya “A Theory Of Semiotics”
mengatakan semiotik berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai suatu
tanda-tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang dapat dilekati dan
dimaknai sebagai penggantian yang signifikan untuk sesuatu yang lainnya. Segala
sesuatu itu tidak begitu mengharuskan akan adanya tempat entah dimanapun pada
saat suatu tanda memaknainya (Marianto, 1997 : 5).
Maka dari itu,
sesuatu yang akan dimaknai adalah pada kain benang emas khas Melayu Sambas yang
dapat dilihat dari motif serong mawarnya yang mempunyai makna semiotika.
Semiotika pada motif kain tenun tersebut kemudian dimaknai dalam melihat tanda
nonverbal, pada dasarnya untuk menemukan
makna yang terdapat pada motif serong mawar kain tenun benang emas khas Melayu
Sambas.
Masyarakat Melayu
Sambas menggunakan motif serong mawar pada kain tenun benang emas dengan
memaknainya bahwa bunga mawar seperti karakter wanita Melayu Sambas. Bunga
mawar adalah bunga yang indah, menarik, dan harum, tetapi mempunyai duri
sebagai pelindung. Oleh sebab itu, sebagai seorang wanita yang cantik harus
bisa melindungi diri dari godaan dan pengaruh yang buruk untuk dirinya.
Selain itu, motif
serong mawar pada kain tenun benang emas memiliki makna perlambangan sebagai
penawar malapetaka. Jenis kain tenun yang memiliki motif serong mawar biasanya
dipakai sebagai kelengkapan upacara cukur rambut bayi sebagai selimut dan kain
gendongannya. Motif serong mawar pada kain tenun Sambas dimaknai dengan harapan
kehidupan anak yang akan datang selalu terhindar dari bahaya dan selalu dalam
lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu, dari analisis tersebut, motif serong
mawar pada kain tenun sambas dapat dimaknai sebagai pelindung bagi masyarakat
Melayu Sambas.
3
Penutup
3.1
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dengan pendekatan
semiotika terhadap simbol-simbol dalam kain tenun benang emas khas Melayu
Sambas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Kain tenun Sambas sebagai pelengkap pelaksanaan ritual adat pada prinsipnya
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi masyarakat Melayu
Sambas. Kain tenun yang terbuat dari benang emas itu kiranya lebih dari pada
sekedar selembar kain yang bermotifkan tumbuhan, ia sekaligus merupakan simbol
yang dapat diterjemahkan. Setiap motif tenun Sambas memiliki makna simbolik
dibalik penciptaannya, seperti motif pucuk rebung dan motif serong mawar yang
bermakna mendidik dan bermakna melindungi. Makna simbolik kain tenun benang
emas juga memiliki nilai-nilai yang sangat kental, yaitu nilai sakral,
kreatifitas, dan pemahaman terhadap alam. Apa yang ada dalam motif kain tenun
benang emas ini sebenarnya melambangkan sebuah do’a untuk orang yang memakainya
dan merupakan simbol dari harapan masyarakat Melayu Sambas itu sendiri. Maka
dari itu, motif kain tenun benang emas khas Melayu Sambas menjadi tauladan yang
baik dalam perikehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Sambas.
3.2
Saran
Setelah melakukan
penelitian dan melihat hasil yang didapatkan dari penelitian ini, saran yang
dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
Untuk kedepannya,
diharapkan agar pengrajin kain tenun dapat tetap mempertahankan budaya-budaya
yang ada pada daerah setempat, sehingga dapat tercipta motif-motif kain tenun
benang emas yang sesuai dengan karakter masyarakat Melayu Sambas.
Kedepannya diharapkan agar pengrajin
dapat lebih banyak dan lebih kuat lagi dalam menggambarkan motif-motif pada
kain tenun benang emas, sehingga pesan utama dari kain tenun tersebut dapat
diterima secara jelas serta mempengaruhi masyarakat untuk memilikinya. Caranya
antara lain dengan mempertegas ataupun mempertajam gambar motif dalam kain
tenun benang emas sehingga terlihat sesuai dengan objek aslinya.
DAFTAR PUSTAKA
Alda Wimar dalam Bart, Bernhard. 2006. Revitalisasi Songket Lama Minangkabau.
Padang: Studio Songket Erikarianti.
Daryusti. 2006. Hegemoni Pangulu dalam Perspektif budaya. Jakarta: Penerbit
Pustaka.
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknis Praktis Riset Komunikasi Disertai
Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi
Organisasi, dan Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Prenada Media.
Marianto, M. Dwi. 1997. Tanda-tanda dalam Kebudayaan kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Noth, Winfried. 1995. Handbook of Semiotics. Bloomington and Indianapolis: Indiana
University Press.
Ph. D, Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.
Zoest, Van. (1993). Semiotika Studi Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa Yang Kita Lakukan
Dengannya. Penerjemah Ani Soekowati. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
Tenun Sambas Kain Tradisional kalimantan Barat. http://melayuonline.com//ind/culture/dig/2522/tenun-sambas-kain-tradisional-kalimantan-barat. Diakses 3 Juli 2014 pukul 10.22 am.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar