Kampus Ku Untuk Indonesia Jaya

Kampus Ku Untuk Indonesia Jaya

Jumat, 26 September 2014

PUISI 2

Ini adalah puisi yang dipersembahkan untuk mahasiswa. Puisi ini adalah realita dan kejadian nyata yang kami alami setiap hari... Kisah kami sebagai mahasiswa, mahasiswa yang kuat dan tangguh...

KISAH MAHASISWA
oleh: Abdi Sanjaya

Beginilah hidup kami...
Tidur dengan bantal yang keras...
Berselimut sehelai kain yang tipis,
Tanpa beralaskan kasur yang empuk
      Kami kelelahan,
Kami terlelap,
kami kedinginan...
Ketika tidak mempunyai uang, kami rela berpuasa sepenuh hati..
Berbelanja dengan uang recehan pun tidak masalah,
Itu sangatlah bernilai harganya...
      Kami belajar sampai larut...
      Melewati jam dua belas malam,
Demi mengejar deadline dan mendapatkan nilai yang tinggi...
Ketika kami berangkat ke kampus..
Kami tidak mempunyai kendaraan yg mewah..
Kami berjalan kaki sepanjang dua kilo meter dengan panas terik matahari...
      Ketika sampai di kampus,
Baju kami basah di guyur keringat
Kami tetap tersenyum tanpa berputus asa...
Hari demi hari kami jalani..
Dari pagi hingga sore kami menuntut ilmu...
Diajarkan oleh dosen yang hebat...
Walaupun kami mengantuk bahkan tertidur..
      Pulang dari kampus, kami kelelahan..
Kami istirahat sebentar, tertidur sejenak..
Kembalilah kami melanjutkan tugas kami,
Belajar hingga tengah malam...
Namun itu tetap kami jalani dengan sabar dan ikhlas..
Agar menjadi mahasiswa dan orang yang sukses nantinya...
Sukses hingga tua bahkan manula...

Senin, 15 September 2014

Makalah Bahasa Indonesia

ANALISIS SEMIOTIKA
PADA MOTIF KAIN TENUN BENANG EMAS
KHAS MELAYU SAMBAS
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

 Makalah Bahasa Indonesia

                                                                                       




Oleh:
NAMA                  : ABDI SANJAYA
NIM                      : 004135602653083

                                                           

DIGITAL COMMUNICATION STUDY PROGRAM
GREEN ECONOMY AND DIGITAL COMMUNICATION FACULTY
SURYA UNIVERSITY
SERPONG
2014





KATA PENGANTAR

Puji syukur  ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia ini dengan judul “Analisis Semiotika Pada Motif Kain Tenun Benang Emas Khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat” untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Mata Kuliah Bahasa Indonesia, Ibu Hellena Rebecca Wulanari Tangkilisan, S.S., M.Si., karena atas bimbingan beliau maka saya dapat mengetahui  dan mengerti bagaimana cara mengerjakan makalah yang baik dan benar. Dalam penyusunan makalah ini, saya mendapat banyak kesulitan karena kurangnya sumber serta fasilitas untuk peyusunan makalah ini, tetapi itu semua saya jadikan tantangan untuk dapat bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca pada umumnya. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana tujuan yang saya harapkan.

Serpong, Agustus 2014

        Penulis


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna semiotika pada kain tenun benang emas khas Melayu Sambas yang dapat dilihat dari motif tenunannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada 2 motif kain tenun benang emas yang memiliki makna simbolik serta sangat dikenal oleh masyarakat Melayu Sambas, seperti motif pucuk rebung dan motif serong mawar. Setiap motif memiliki makna simbolik yang mendalam, tetapi masih banyak masyarakat Melayu Sambas yang tidak mengetahui makna simbolik kain tenun Sambas yang menjadi ciri khas atau identitas masyarakat Melayu Sambas, supaya kebudayaan Sambas tetap lestari dan khalayak luas bisa mengetahui makna simbolik kain tenun Sambas tersebut.


ANALISIS SEMIOTIKA
PADA MOTIF KAIN TENUN BENANG EMAS
KHAS MELAYU SAMBAS
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

1           Pendahuluan

1.1              Latar Belakang

Sambas merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Kalimantan Barat yang beribukotakan Pontianak. Kabupaten Sambas sebagian besar penduduknya adalah etnis Melayu. Penduduk etnis Melayu di kabupaten Sambas bermata pencaharian sebagai petani dan Pegawai Negri Sipil (PNS). Walaupun Sambas sebagai daerah yang masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai petani, tetapi Sambas mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu mempunyai kain khas yang unik. Keunikan kain khas Sambas terdapat pada kain tenun Sambas yang biasa di sebut kain lunggi atau kain benang emas. Disebut kain benang emas karena salah satu bahan yang digunakan adalah benang emas berwarna kuning emas dengan bermotifkan tumbuh-tumbuhan.
Keberadaan tenun Sambas menunjukkan bahwa kain tenun benang emas mempunyai keistimewaan tertentu yang membuatnya senantiasa dilestarikan. Kain tenun ini biasanya digunakan sebagai pelengkap pelaksanaan ritual adat, salah satunya upacara adat pernikahan. Dalam upacara pernikahan, kain tenun Sambas digunakan sebagai pelengkap barang antaran atau seserahan dari pihak mempelai lelaki kepada mempelai perempuan. Kain tenun benang emas ini biasanya dikerjakan secara tradisional dengan alat pemintal terbuat dari kayu belian biasa disebut Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Kebanyakan dikerjakan oleh penduduk Desa Semberang, pesisir sungai Sambas.
Pada saat ini kain tenun Sambas masih tetap eksis dan bahkan masyarakat mancanegara seperti Brunai, Malaysia, dan Singapura mulai melirik kain tenun benang emas khas Sambas. Tidak jarang rumah kain tenun banyak dikunjungi oleh penggemar kain tenun dari dalam dan luar negri karena keunikan dan keindahan coraknya. Keindahan kain tenun benang emas khas Sambas sungguh menawan. Motifnya yang unik sanggup mempesona para penikmatnya. Selain itu, setiap ragam motif kain tenun Sambas memiliki makna simbolik yang sangat tinggi, seperti motif pucuk rebung dan motif serong mawar. Setiap pemakaian kain tenun benang emas ini menyimbolkan status sosial pemakainya.
Dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui makna semiotika pada kain tenun benang emas khas Melayu Sambas secara mendalam. Semiotika merupakan ilmu tentang tanda-tanda (Kriyantono, 2009 : 263). Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Menurut Pawito (2007 : 23), semiotika ini lebih memusatkan perhatian pada simbol-simbol dan memandang komunikasi sebagai suatu jembatan antara dunia pribadi individu-individu dengan ruang dimana simbol-simbol digunakan oleh individu-individu untuk mengangkut makna-makna tertentu kepada khalayak atau publik. Maka dari itu, tenun Sambas mempunyai makna simbolik yang sangat tinggi, mulai dari motif tenunan, cara pemakaian, dan jenis tenun yang dipakai berkaitan dengan status sosial pamakainya, sehingga sangat menarik untuk diteliti.

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah bagaimana pemaknaan semiotika pada motif kain tenun benang emas khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat? Sedangkan rumusan masalah khususnya adalah bagaimana pemaknaan semiotika pada motif pucuk rebung kain tenun benang emas khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat? Dan bagaimana pemaknaan semiotika pada motif serong mawar kain tenun benang emas khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat?

1.3         Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalis makna semiotika pada motif kain tenun benang emas khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat, menganalisis makna semiotika pada motif pucuk rebung kain tenun benang emas khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat, dan menganalisis makna semiotika pada motif serong mawar kain tenun benang emas khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat.

1.4         Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori semiotika dari Charles Saunders Peirce. Peirce (dalam Noth, 1995 : 45) menyatakan bahwa pokok dari teori semiotika merupakan penekanan tanda pada sebuah penekanan mekanistis dari sebuah sistem dan diartikan sebagai komponen kesatuan dari unsur-unsur yang saling berinteraksi dalam jangka waktu tertentu. Semiotik merupakan kajian perihal tanda-tanda (sign), sistem tanda, dan bagaimana suatu makna ditarik dari tanda-tanda tersebut. Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Zoest (1993 : 1) berpendapat bahwa semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda. Jika dianalisis dari teori ini, makna simbolik kain tenun benang emas khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat dari motif tenunannya.

1.5         Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan mencari sumber data di website, penelaahan dan analisa buku, jurnal, ebook dan bentuk tulisan lainnya yang mendukung penelitian ini. Studi pustaka adalah suatu pembahasan yang berdasarkan pada buku-buku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumus-rumus tertentu dalam menganalisa dan mendesain suatu struktur.

2           Analisis

2.1              Analisis Makna Semiotika Pada Motif Pucuk Rebung Kain Tenun Benang Emas Khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat

Tenun Sambas sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Kerajinan tenun ini diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang Melayu Sambas. Tenun Sambas memiliki motif yang sangat kaya. Motif-motifnya indah, unik, dan menarik. Setiap orang yang melihat kain tenun Sambas pasti akan terpesona dengan motif-motifnya. Meskipun demikian, dibalik motif kain tenun benang emas khas Melayu Sambas terdapat makna semiotik yang tidak diketahui oleh masyarakat Sambas.
Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan atau dibayangkan. Charles Sanders Pierce menjelaskan bahwa manusia hanya dapat berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Merujuk teori Pierce, makna tanda-tanda pada kain tenun benang emas khas Melayu Sambas dapat dilihat dari simboliknya yang digolongkan dalam semiotik.
Pada dasarnya, penciptaan motif-motif pada kain tenun berawal dari alam sekitar penciptaan-Nya, seperti tumbuhan dan hewan yang ada di lingkungan sekitar manusia. Ketika penenun melihat benda tersebut diilhamilah menjadi sebuah motif yang mempunyai cerita dan makna simbolik yang mendalam.
Khusus dalam hal simbol, Daryusti mengatakan bahwa simbol merupakan unsur yang esensial dalam kehidupan manusia, bahkan manusia disebut sebagai homosimbolicum yang artinya sebagai pencipta dan pemberi makna simbol. Simbol adalah “arti sesuatu” berdasarkan persetujuan bersama (konvensi) sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah dan kualitas yang sama dan dapat mewakili, mengingatkan kembali, dan membayangkan dalam kenyataan atau pikiran (Daryusti, 2006).
Begitu pula dengan tenun Sambas yang memiliki berbagai macam motif  hingga mencapai ratusan motif. Setiap motif mempunyai makna simbolik masing-masing. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti beberapa motif yang mempunyai makna simbolik yaitu motif yang sudah terkenal dalam masyarakat Sambas, seperti motif pucuk rebung.
Motif pucuk rebung mempunyai makna simbolik yang mendalam bagi masyarakat Melayu Sambas. Ada tiga makna penggunaan motif ini sebagai ciri khas kain tenun benang emas. Pertama, sebagai pengingat agar orang-orang Sambas terus berupaya untuk maju. Pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu  yang harus tumbuh dan tumbuh. Samangat terus tumbuh inilah yang ingin disampaikan oleh motif pucuk rebung ini. Kedua, orang Sambas harus senantiasa berpikiran luas, sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung. Pucuk rebung selalu tumbuh lurus hingga menjulang tinggi. Ketiga, sebagaimana dijelaskan Wimar (2006) mengatakan bahwa ketika sudah menjadi batang yang tinggi, pucuknya selalu merunduk kebawah. Ini simbol dari kekuatan tanpa kesombongan, salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Selain itu, motif pucuk rebung melambangkan harapan yang baik, sebab bambu merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun. Motif pucuk rebung selalu terukir pada bagian kepala atau tumpal kain tenun tersebut. Penggunaan motif pucuk rebung pada kain benang emas dimaksudkan agar orang yang memakai kain tenun tersebut selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidupnya.
Pada analisis di atas diungkapkan sedikit perihal perikehidupan rebung, motif hias pucuk rebung ini merupakan tafsiran nilai guna yang banyak. Pengrajin menuangkan motif ini ke dalam kain tenunan, sehingga makna dari nilai yang serbaguna ini menjadi suri tauladan bagi masyarakat Melayu Sambas. Rebung ini adalah anak bambu yang keluar dari umbinya. Bentuknya seperti kerucut dan bersisik, kecil enak dimakan, jika rebung ini sudah besar dinamakan bambu. Makna simbolik dari bambu ini adalah muda berguna, dan tua terpakai yang akan menjadi contoh bagi kaumnya.

2.2              Analisis Makna Semiotika Pada Motif Serong Mawar Kain Tenun Benang Emas Khas Melayu Sambas Provinsi Kalimantan Barat

Kain tenun Sambas merupakan salah satu hasil dari kreativitas masyarakat Sambas Provinsi Kalimantan Barat dalam menuangkan ide-ide yang dipahami dan dihayati dalam selembar kain. Oleh sebab itu, dengan memperhatikan dan membaca motif-motif yang terhampar dalam selembar kain tenun Sambas, maka nilai-nilai yang dihayati dan berkembang dalam masyarakat Sambas dapat diketahui. Nilai-nilai yang terdapat dalam selembar kain tenun Sambas tersebut diantaranya adalah nilai sakral, sejarah, pemahaman terhadap alam, kretifitas, dan nilai ekonomi (www.melayuonline.com).
Kain tenun Sambas mempunyai fungsi yang sangat penting dalam masyarakat Sambas. Masyarakat Melayu Sambas mengenal kain tenun Sambas sebagai kain yang sakral, karena kain ini dipakai oleh para raja dan ratu kerajaan Sambas. Selain itu kain tenun ini juga digunakan pada saat acara pernikahan dan acara-acara adat tradisional masyarakat Melayu Sambas lainnya. Namun banyak masyarakat Melayu Sambas yang tidak tahu bagaimana dan apa makna simbolik motif kain tenun Sambas, seperti motif serong mawar.
Motif serong mawar merupakan motif kain tenun Sambas yang terletak pada dagin kain. Motif serong mawar yang dibuat pada bagian daginnya berupa motif bunga yang menyerupai kelopak mawar dan disusun dalam posisi serong seperti posisi garis miring. Oleh karena motifnya menyerupai kelopak mawar, demikian pula dengan keindahan motif yang ditimbulkan serta kerumitan dalam pembuatannya, maka jenis kain ini dinamai serong mawar yang memiliki nilai lebih dibanding motif lainnya.
Berkaitan dengan itu, tanda yang ada pada kain tenun benang emas khas Melayu Sambas dapat dilihat dari motif serong mawarnya. Tanda-tanda merupakan sesuatu yang dimaknai oleh sesuatu yang lain atau penambahan dimensi yang berbeda pada materi lain dengan memakai segala sesuatu yang dipakai untuk mengartikan sesuatu hal lainnya. Charles Saunders Pierce menyebut tanda sebagai suatu pegangan seseorang akibat keterkaitan dengan tanggapan atau kapasitasnya (Marianto, 1997:1).
Umberto Eco dalam bukunya “A Theory Of Semiotics” mengatakan semiotik berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai suatu tanda-tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang dapat dilekati dan dimaknai sebagai penggantian yang signifikan untuk sesuatu yang lainnya. Segala sesuatu itu tidak begitu mengharuskan akan adanya tempat entah dimanapun pada saat suatu tanda memaknainya (Marianto, 1997 : 5).
Maka dari itu, sesuatu yang akan dimaknai adalah pada kain benang emas khas Melayu Sambas yang dapat dilihat dari motif serong mawarnya yang mempunyai makna semiotika. Semiotika pada motif kain tenun tersebut kemudian dimaknai dalam melihat tanda nonverbal, pada dasarnya  untuk menemukan makna yang terdapat pada motif serong mawar kain tenun benang emas khas Melayu Sambas.
Masyarakat Melayu Sambas menggunakan motif serong mawar pada kain tenun benang emas dengan memaknainya bahwa bunga mawar seperti karakter wanita Melayu Sambas. Bunga mawar adalah bunga yang indah, menarik, dan harum, tetapi mempunyai duri sebagai pelindung. Oleh sebab itu, sebagai seorang wanita yang cantik harus bisa melindungi diri dari godaan dan pengaruh yang buruk untuk dirinya.
Selain itu, motif serong mawar pada kain tenun benang emas memiliki makna perlambangan sebagai penawar malapetaka. Jenis kain tenun yang memiliki motif serong mawar biasanya dipakai sebagai kelengkapan upacara cukur rambut bayi sebagai selimut dan kain gendongannya. Motif serong mawar pada kain tenun Sambas dimaknai dengan harapan kehidupan anak yang akan datang selalu terhindar dari bahaya dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu, dari analisis tersebut, motif serong mawar pada kain tenun sambas dapat dimaknai sebagai pelindung bagi masyarakat Melayu Sambas.

3           Penutup

3.1         Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dengan pendekatan semiotika terhadap simbol-simbol dalam kain tenun benang emas khas Melayu Sambas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Kain tenun Sambas sebagai pelengkap pelaksanaan ritual adat pada prinsipnya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi masyarakat Melayu Sambas. Kain tenun yang terbuat dari benang emas itu kiranya lebih dari pada sekedar selembar kain yang bermotifkan tumbuhan, ia sekaligus merupakan simbol yang dapat diterjemahkan. Setiap motif tenun Sambas memiliki makna simbolik dibalik penciptaannya, seperti motif pucuk rebung dan motif serong mawar yang bermakna mendidik dan bermakna melindungi. Makna simbolik kain tenun benang emas juga memiliki nilai-nilai yang sangat kental, yaitu nilai sakral, kreatifitas, dan pemahaman terhadap alam. Apa yang ada dalam motif kain tenun benang emas ini sebenarnya melambangkan sebuah do’a untuk orang yang memakainya dan merupakan simbol dari harapan masyarakat Melayu Sambas itu sendiri. Maka dari itu, motif kain tenun benang emas khas Melayu Sambas menjadi tauladan yang baik dalam perikehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Sambas.

3.2         Saran

Setelah melakukan penelitian dan melihat hasil yang didapatkan dari penelitian ini, saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
Untuk kedepannya, diharapkan agar pengrajin kain tenun dapat tetap mempertahankan budaya-budaya yang ada pada daerah setempat, sehingga dapat tercipta motif-motif kain tenun benang emas yang sesuai dengan karakter masyarakat Melayu Sambas.
            Kedepannya diharapkan agar pengrajin dapat lebih banyak dan lebih kuat lagi dalam menggambarkan motif-motif pada kain tenun benang emas, sehingga pesan utama dari kain tenun tersebut dapat diterima secara jelas serta mempengaruhi masyarakat untuk memilikinya. Caranya antara lain dengan mempertegas ataupun mempertajam gambar motif dalam kain tenun benang emas sehingga terlihat sesuai dengan objek aslinya.

DAFTAR PUSTAKA

Alda Wimar dalam Bart, Bernhard. 2006. Revitalisasi Songket Lama Minangkabau. Padang: Studio Songket Erikarianti.

Daryusti. 2006. Hegemoni Pangulu dalam Perspektif budaya. Jakarta: Penerbit Pustaka.

Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknis Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, dan Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Prenada Media.

Marianto, M. Dwi. 1997. Tanda-tanda dalam Kebudayaan kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Noth, Winfried. 1995. Handbook of Semiotics. Bloomington and Indianapolis: Indiana University Press.

Ph. D, Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Zoest, Van. (1993). Semiotika Studi Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa Yang Kita Lakukan Dengannya. Penerjemah Ani Soekowati. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.

Tenun Sambas Kain Tradisional kalimantan Barat. http://melayuonline.com//ind/culture/dig/2522/tenun-sambas-kain-tradisional-kalimantan-barat. Diakses 3 Juli 2014 pukul 10.22 am.





ARTIKEL (Creative Writing)


INOVASI DAN KREASI: PEMANFAATAN LIMBAH SAMPAH MENJADI BARANG BEREKONOMIS TINGGI

Oleh : Abdi Sanjaya

            Sampah ada dimana-mana. Itulah yang membuat Indonesia menjadi salah satu  peringkat kedua sebagai penghasil sampah domestik yaitu sebesar 5,4 juta ton pertahun. Melihat hal itu Indonesia telah dibanjiri oleh sampah-sampah yang menggunung sehingga menjadi pemicu masalah. Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, kurangnya tempat sebagai pembuangan sampah, sampah sebagai tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.
            Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik akan mengakibatkan masalah besar, karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran tanah yang juga akan berdampak kesaluran air tanah. Demikian juga pembakaran sampah akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah kesungai akan mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air, dan banjir.
            Banyaknya sampah yang menjadi permasalahan saat ini karena kurangnya kesadaran dari warga serta kurang inovatif dan kreatif dalam memilah sampah. Bahkan sebagian orang merasa jijik dan tidak peduli dengan sampah. Padahal, nyatanya sampah dapat diolah menjadi barang yang berguna. Adapun langkah positif untuk pengurangan sampah adalah melalui kampanye 3R, yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang). Namun, nyatanya hasil yang didapatkan tidak sebanding dengan pertumbuhan sampah yang terus meningkat cepat perharinya.
Pertumbuhan sampah nampaknya lebih banyak pada produk plastik yang tidak diperkenankan untuk dipakai ulang. Kepraktisan penggunaan peralatan plastik dan banyaknya produk plastik yang tidak dapat dipakai ulang meningkatkan potensi limbah plastik yang semakin menumpuk di bumi kita tercinta. Padahal plastik merupakan bahan anorganik buatan yang tesusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Yang harus dilakukan saat ini bukanlah memusuhi atau membuang sampah plastik, tetapi menemukan formula yang tepat untuk mempercepat proses penguraian plastik agar bisa kembali ke alam.
Tidak seperti limbah organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan, sampah anorganik yang berupa limbah plastik ini sangat sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Dari jutaan limbah plastik yang ada, hanya 13 persen yang di daur ulang, yaitu limbah plastik yang sebagian besar berasal dari pembungkus-pembungkus makanan dan minuman, kemasan serta botol minuman.
            Pemanfaatan limbah plastik merupakan suatu usaha yang menjanjikan bagi penyelamatan bumi, sekaligus dapat berdampak ekonomis positif jika dilakukan dengan kreatif dan dengan manajemen yang baik. Limbah plastik dapat dimanfaatkan diantaranya adalah sebagai biji plastik untuk membuat produksi plastik lain, maupun kerajinan unik bernilai tinggi dan bernilai ekonomis. Pemanfaatan limbah sampah baik sampah anorganik maupun organik secara kreatif merupakan suatu langkah cerdas yang dapat dilakukan mulai dari tingkat perorangan maupun kelompok.
            Pengelolaan limbah sampah dapat berupa sampah anorganik di antaranya styrofoam, plastik, kaleng, dan bahan gelas atau beling. Salah satu pengelolaan sampah anorganik adalah dengan cara proses daur ulang. Daur ulang merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda yang sudah tidak dipakai agar dapat dipakai kembali. Beberapa sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang, misalnya plastik, gelas atau kaca, logam, dan kertas.
            Sampah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat didaur ulang menjadi barang baru seperti botol yang baru, vas bunga, cindera mata, atau hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis. Sampah plastik dan kertas pun demikian. Sampah plastik dibuat beraneka ragam kerajinan seperti bunga, kasur, tas, dompet, tempat kue, topi, sandal, dan lain-lain. Sedangkan limbah kertas dapat dijadikan anyaman boneka kertas yang unik.
            Kerajinan tangan dari sampah kaca, plastik, maupun kertas dan semacamnya merupakan kerajinan yang bisa diolah menjadi barang yang bagus dan berharga. Bahkan hasil kerajinan tangan dari sampah tersebut dapat di jual ke dalam maupun ke luar negri. Pemanfaatan limbah sampah ini sangat menguntungkan, selain mengurangi pencemaran lingkungan, hasil kerajinan tangan dari sampah tersebut dapat mendatangkan uang yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.
            Inovasi lain dari pengolahan limbah sampah menjadi barang yang berguna adalah dengan cara mengubah limbah sampah menjadi energi gas metan dan listrik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan limbah organik sisa-sisa pembuangan dari rumah tangga. Mengolah sampah menjadi gas metan nantinya akan dimanfaatkan dan dipakai oleh warga. Inovasi ini sangat berfungsi dan mutakhir sekali untuk mengurangi penambangan sumber daya gas alam.
            Limbah sampah organik juga dapat dijadikan pupuk kompos untuk tanaman, perkebunan, dan pertanian. Pengolahan pupuk kompos dari bahan organik seperti rumput-rumput dan dedaunan kering, sisa potongan sayuran dan buahan mengalami proses waktu yang cukup lama untuk dapat menjadi pupuk kompos, yaitu sekitar dua bulan. Pengolahan pupuk kompos ini hanya mengeluarkan biaya yang murah, cara pembuatannya pun sangat mudah. Petani sayuran yang membuat pupuk kompos sendiri tidak lagi mengeluarkan banyak biaya untuk membeli pupuk kimia yang mahal. Cukup dengan membuat inovasi sendiri, perkebunan menjadi subur dan bahkan mendatangkan uang dan hasil yang memuaskan nantinya.
            Dari berbagai macam inovasi pengolahan limbah sampah anorganik maupun organik menjadi berbagai kerajinan tangan, gas metan, dan pupuk merupakan hal yang inovatif untuk kebutuhan rumah tangga serta mengurangi pencemaran lingkungan. Selain melakukan pengolahan sampah menjadi barang jadi berekonomis tinggi, mengurangi limbah sampah juga dapat dilakukan dengan masterplan pengelolaan sampah. Menurut David Sutasurya, Seorang aktivis lingkungan dari Yayasan Pengembangan Biosanis dan Bioteknologi (YPBB) mengatakan, masterplan dapat mengatur pengelolaan sampah dari rumah tangga hingga tempat pembuangan akhir, serta pengelolaan limbahnya seperti pengomposan untuk menjadi pupuk.
            Adapun masterplan sampah diantaranya yaitu mengatur hal ideal, seperti efisiensi produksi dengan desain barang yang bisa didaur ulang, melarang atau membatasi ketat peredaran kantong kresek dan botol air kemasan, dan menjadikan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) sebagai tempat daur ulang sampah. Kegiatan pengolahan dan pemilahan sampah juga harus digiatkan di lingkungan warga sekitar, begitupun dengan pengelola restoran dan hotel diwajibkan untuk memilah sampah. Guna dari hal tersebut agar Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) mudah di daur ulang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Tetapi, dari beberapa inovasi untuk mengurangi masalah sampah, hanya sedikit orang yang melakukannya. Penggunaan plastik tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, salah satu ide bijak untuk mengatasi masalah sampah ini adalah dengan menggunakan plastik yang ramah lingkungan.